Pada hari Senin, 5 Februari 2023, sebuah simposium diadakan di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Acara ini khusus dihadiri oleh mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) mulai semester 2 sampai 6. Simposium tersebut bertema “Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)” dan bertujuan untuk memberikan pemahaman dan inspirasi kepada mahasiswa PGMI tentang berbagai kecerdasan yang ada dalam diri setiap individu.
Simposium dimulai pukul 08.00 WIB yang diawali dengan sambutan oleh Kooprodi PGMI, Dr. Adi Wijayanto menyampaikan pentingnya mengembangkan pemahaman tentang kecerdasan majemuk dalam pendidikan. Beliau menjelaskan bahwa setiap individu memiliki potensi dan kecerdasan yang unik, dan penting bagi pendidik untuk mengenali dan menghargai kecerdasan dalam proses pembelajaran.
Simposium ini menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka dalam bidang kecerdasan majemuk. Dengan satu pembicara utama yaitu Hafidz Rosydiana, M.Pd. Beliau dalam presentasinya menjelaskan konsep kecerdasan majemuk, teori yang mendasari, dan implikasinya dalam dunia pendidikan. Beliau juga membagikan strategi praktis tentang bagaimana memanfaatkan kecerdasan majemuk dalam merancang pembelajaran yang beragam dan inklusif.
Sesi panel, diskusi interaktif, dan tanya jawab menjadi momen penting dalam simposium ini. Mahasiswa berkesempatan untuk berbagi pengalaman, pemikiran, dan perspektif mereka tentang kecerdasan majemuk. Mereka juga mendiskusikan implementasi kecerdasan majemuk dalam pembelajaran di kelas dan tantangan yang dihadapi dalam mengakomodasi berbagai jenis kecerdasan.
Selain itu, simposium ini juga menampilkan pameran proyek dan karya mahasiswa PGMI yang menggambarkan aplikasi kecerdasan majemuk dalam praktik pendidikan. Mahasiswa dapat melihat langsung bagaimana mahasiswa menggunakan berbagai kecerdasan dalam merancang aktivitas pembelajaran yang menarik dan bervariasi.
Mahasiswa yang hadir dalam simposium ini merasa terinspirasi dan termotivasi untuk mengembangkan kecerdasan majemuk dalam diri setiap individu dan melalui pembelajaran yang mahasiswa berikan kepada siswa. Mahasiswa menyadari bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda dan pendidik harus mampu memahami serta menghargai keberagaman kecerdasan.
Dalam penutup simposium, Hafidz Rosydiana menyampaikan harapannya agar mahasiswa dapat menerapkan konsep kecerdasan majemuk dalam praktik pembelajaran. Beliau juga mengajak mahasiswa untuk terus mengembangkan diri dan memperkaya pengetahuan tentang pendidikan inklusif dan pembelajaran yang beragam.
Dengan berakhirnya simposium “Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)”, diharapkan mahasiswa pulang dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang kecerdasan majemuk dan betapa penting memanfaatkannya dalam membantu setiap siswa untuk mencapai potensinya. Simposium ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan mahasiswa PGMI menjadi pendidik yang sensitif dan berkomitmen dalam menciptakan pembelajaran yang inklusif dan bervariasi.