48fb4d56e60d4159370bbc81a462027e

Tulungagung –Rabusiang (28/03/2018) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Tulungagung menggelar studium generale untuk mahasiswa.

Studium General yang digelar di Aula Lantai 6 Gedung KH Arief Mustaqiem tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Tatsuya Ueki dari Departmen of Biological Science, Graduate School of Science, Hiroshima University, Hiroshima, Japan dan Romaidi, Kegua Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Di hadapan kurang lebih 650 peserta, Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin dalam sambutannya saat membuka acara menyampaikan apresiasi positif atas bisa terlaksananya kegiatan tersebut. Apalagi berhasil mendatangkan narasumber dari Jepang yang notabene merupakan salah satu negara yang menjadi barometer ilmu pengetahuan dan teknologi di kawasan Asia.

Rektor berharap, setelah kegiatan tersebut dapat diteruskan MoU dengan Hiroshima University sehingga dapat dibangun fasilitas Laboratorium untuk masyarakat pesisir selatan pulau Jawa khususnya IAIN Tulungagung dengan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan untuk peradaban.

“Banyak pendapat bahwa di kawasan Indonesia yang sebagian besar adalah laut, terdapat banyuk potensi yang bisa dikembangkan untuk kemakmuran masyarakat Indonesia, dan salah satunya adalah kawasan pesisir selatan. Jadi penting jika ada kerjasama yang baik antara IAIN Tulungagung dengan Hiroshima University dalam melakukan riset di kawasan tersebut”, kata Rektor.

Sebagai narasumber pertama, Tatsuya Ueki dalam pemaparannya menyampaikan materi yang bertopik Its Unique Physiological Features and The Biotechnological and Biometic Aplication.

Dalam pemaparannya Ueki meyebut bahwa penelitian terhadap ascidians yang merupakan hewan laut dari filum chordata dan sub filum urochordata dilakukan oleh beliau selama 25 tahun. Ascidiansmerupakan hewan kecil yang mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kandungan logam berat. Ascidians mampu merubah logam berat toksin menjadi antitoksin karena memiliki protein yang mampu yang mampu menangkap logam berat yang disebut dengan vanadin.

Sebagai langkah lanjut dalam hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk meneliti. “Dari protein yang terdapat pada Ascadian tersebut dapat digunakan untuk membuat apa? Marilah kita ingat kembali bahwa banyak produk teknologi yang ada, misalnya kereta api yang merupakan inspirasi dari burung, pesawat terbang juga inspirasi dari burung dan sebagainya. Perlu kita ketahui bahwa banyak inspirasi teknologi yang kita buat berasal dari alam”, kata Ueki

Launching Pusat Studi & Pengembangan Pendidikan

Bersamaan dengan digelarnya studium generale tersebut, FTIK juga me-launching Pusat Studi & Pengembangan Pendidikan atau Research and Education Development Centeryang kemudian disebut dengan RED-C. Peresmian pusat kajian ini dilakukan sebelum dilaksanakan studium generale yang mana ditandai dengan pemukulan gong oleh Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin.

Pusat Studi dan Pengembangan Pendidikan (Research and Education Development Center) atau yang dikenal dengan nama RED-C, secara resmi dideklarasikan sebagai lembaga yang berada di luar struktur Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, yang melayani kajian, pengembangan, penelitian dan publikasi di bidang pendidikan dan terapan.

MenurutDirektur RED-C, Sutopo, bahwa RED-Cmempunyai visi “sebagai rujukan dalam kajian, penelitian dan pengembangan pendidikan di Indonesia”. Adapun misi yang dijalankan oleh RED-C adalah: (1) Melakukan pelatihan yang berkaitan dengan pendidikan dan teknologi terapan, (2) Melakukan pengembangan yang terkait dengan produk-produk pendidikan dan teknologi terapan, (3) Menyelenggarakan penelitian pendidikan, terapan, dan pengembangan kelembagaan, (4) Menyebarkan gagasan yang berkaitan dengan pelatihan, penelitian dan pengembangan pendidikan, terapan dan kelembagaan melalui penerbitan publikasi dan dokumentasi, (5) Mengembangkan forum ilmiah dan diskusi-diskusi ilmiah dalam perspektif pendidikan dan teknologi terapan, serta (6) Membangun jejaring untuk mewujudkan penguatan pendidikan dan teknologi terapan.

RED-C yang dipandegani seorang direktur memiliki dua divisi yaitu (1) Divisi pelatihan dan pengembangan, serta (2) Divisi riset dan publikasi. Bidang kajian yang dikelola oleh RED-C meliputi Pendidikan Islam, Sains dan Teknologi, serta Sosial Humaniora. RED-C dengan rencana program kerja sampai tahun 2029 diharapkan menjadi pusat rujukan dalam pelatihan, pengembangan, penelitian dan publikasi baik skala nasional dan internasional. Lahirnya RED-C menjadi eksistensi IAIN sebagai kampus dakwah dan peradaban di bidang pendidikan dan terapan.(rini/humas)